Pesantren Darul Abror WebBlog

Selasa, 09 April 2013

Akses internet kini tidak lagi menjadi hal yang mahal bagi mahasiswa dan siswa yang ditempatnya belajar menyediakan wifi gratis untuk mencukupi kebutuhan mereka. Tapi bagi kami santri ndeso, akses internet masih merupakan barang mahal, bahkan bisa dikatakan mewah. kenapa begitu?

Dalam aktivitas ngeblog, santri ndeso biasanya menghadapi beberapa halangan, utamanya larangan memiliki perangkat yang terkoneksi ke internet dan larangan keluar dari lingkungan pesantren.
Minggu 7 April 2012 lima santri Pesantren Darul Abror mendapat hukuman berjemur di depan musholla selama 6 jam penuh. Menurut keterangan beberapa santri hal tersebut sebagai hukuman atas kelalaian mereka meninggalkan jamaah sholat lima waktu.

Hukuman yang diberikan ini diharapkan dapat menimbulkan efek jera bagi santri. Hingga dikemudian hari mereka terbiasa melakukan jamaah maktubah.
Kang TB, demikian santri asal Lampung Tengah ini biasa dipanggil oleh rekan-rekannya. TB memiliki postur tubuh yang lumayan kecil, hal ini membuat Ia mudah dikenali orang lain dibanding kawan-kawan santri yang lain. Selain karena postur tubuh yang kecil, TB juga dikenal dengan tirakat demi tirakat yang Ia lakukan.

Laku tirakat TB tergolong tirakat yang unik dibandingkan dengan tirakat yang biasa dilakukan oleh santri-santri di daerah lain, semisal puasa, makan tiwul (ngoyek), tidur malam, dll. Dimana letak perbedaanyya?

Perbedaan tirakat yang dilakukan TB dengan pelbagai tirakat yang ada adalah barang yang menjadi makanan pokok TB. Jika biasanya seseorang tirakat dengan makan ketela/tiwul/jagung, TB bertirakat dengan hanya memakan rambutan. Hal ini Ia alami saat panen rambutan milik pengasush beberapa bulan yang lalu.


Minggu, 31 Maret 2013

Istilah dari Pesantren untuk Indonesia seringkali kita dengar dalam diskusi dan seminar bertopik sumbangan pesantren bagi Indonesia sampai tema konser habih syekh. Kami, para santri yang berada  di pelosok rodok kota Kotagajah tentu tak mau kalah dalam hal pembuatan istilah-istilah ini. Bahkan menurut kami istilah cetusan kami ini lebih keren ketimbang istilah "dari Pesantren untuk Indonesia". Apakah istilah itu?

"dari kolam patin untuk Pesantren"

Istilah dari kolam patin untuk pesantren bermula dari rencana pengasuh untuk mengembangkan pesantren. Nah, salah satu wasilah usaha yang digunakan oleh pengasuh dalam mewujudkan cita-cita tersebut adalah budidaya ikan patin. Hasil budidaya inilah yang kemudian akan digunakan untuk mengembangkan pesantren.

Selain bermanfaat untuk pengembangan pesantren, budidaya ikan patin juga menjadi sebuah pengetahuan baru bagi santri. Selain mengaji, santri juga dapat belajar bagaimana melakukan budidaya patin. Menurut Pak Kyai, hal ini menjadi salah satu nilai plus dari pesantren Darul Abror.

"Selain belajar kitab ulama salafussholih, pengetahuan tentang pertanian penting bagi santri-santri kami. Semoga hal ini bisa menjadikan mereka lebih berguna bagi lingkungan sekitarnya kelak" tutur Pak Kyai.





Disunnatkan memanjatkan do’a-do’a dan berdzikir pada Allah SWT seusai melaksanakan shalat sebagaimana diisyaratkan oleh hadits Ibnu Abbas yang menyatakan bahwa meninggikan  suara saat berdzikir usai shalat fardlu memang telah berlaku pada masa Rasulullah SAW. Dan pernyataan tersebut menjadi dalil disyariatkan dan keutamaan berdzikir dengan suara keras.[1]
Sedangakan dzikir yang Ma’tsur dari Rasulullah SAW adalah Allumma Anta As Salam dan seterusnya,[2]ayat Kursi, surat Al Falaq, surat An Nas dan surat Al Fatihah sebagaimana hadits  dari Umamah,[3] lalu membaca TasbihTahmid dan Takbir, masing-masing 33 kali dan menutup dengan membaca
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat Abu Hurairah.[4]
Hikmah di balik membaca wirid sebagaimana di atas adalah agar dzikir dan do’a tersebut dapat menambal kekurangan yang barangkali telah terjadi  di dalam shalat yang baru sja dilaksanakan, disamping bahwa do’a adalah sebagai sarana mencapai derajat mulia di sisi Allah SWT, usai mendekat pada-Nya melalui shalat.[5]

[1] Irsyad al Mu’minin ila Fadla’il Dzikr Rabb al ‘Alamin; hal. 17
[2] Shahih Muslim, nomor 932
[3] Sunan An Nasa’i; nomor 124 dan Sunan An Nasa’i; nomor 1319
[4] Sunan Abu Dawud; nomor 1286
[5] Al Fiqh al Islamiy wa Adillatuh, juz 1 hal. 800